Evaluasi Diri Sekolah

http://www.lpmpjabar.go.id

Seandainya, ada seorang dokter gratis mendatangi pasien ke rumahnya, maka sang pasien malah kebingungan mengungkapkan segala hal yang dirasakan. Betapa inginnya dia menceritakan sakitnya kepala yang dia rasakan selama enam bulan terakhir. Kepalanya kadang terasa berputar, serasa badannya akan jatuh. Betapa inginnya dia mengungkapkan sakit di dadanya, di ulu hatinya, di lututnya, di tangannya. Betapa semua rasa sakitnya terasa. Anehnya, sang dokter pun dengan sabar mendengarkannya, berusaha mendiagnosis penyakit dan menulis resep pengobatannya, serta merujuk sang pasien ke laboratorium untuk medical check up.

Keadaan akan jauh berbeda bila sekolah didatangi tim dari Badan Akreditasi Nasional, yang sejatinya mencari kelemahan, kekurangan atau mungkin kelebihan sekolah yang patut direkomendasikan, melalui pemberian peringkat pada sekolah tersebut, maka sang sekolah malah kebingungan untuk sekedar meng-up grade ‘status’nya. Karena sudah menjadi rahasia umum, adalah suatu hal yang memalukan bila pada pemerintah daerah setempat, SMP Negeri yang berstatus Sekolah Standar Nasional atau bahkan Rintisan Bertaraf Internasional, mendapatkan nilai C atau D. Lalu sekolah pun berusaha menutupi berbagai ‘penyakit’ (kekurangan dan keadaan yang sebenarnya) dan berusaha menampilkan hal yang terbaik. Adalah suatu kebanggaan bila memang perubahan ini tidak sementara. Sayangnya, seringkali, perbaikan atau tampilan terbaik, hanya diadakan pada saat tim akreditasi mengunjungi sekolah tersebut.

Menyikapi hal tersebut, serta sebagai salah satu pelaksanaan Permendiknas 63 Tahun 2009, mengenai Sistem Penjaminan Mutu, maka saat ini digulirkanlah Program Evaluasi Diri Sekolah. Program yang dilaksanakan oleh sekolah (diri) sendiri ini, sangat mengharapkan kejujuran sekolah mengungkapkan siapa dan bagaimana keadaan sekolah yang sebenarnya, yang selanjutnya disusun dalam Rencana Pengembangan Sekolah. Program yang seringkali dikaitkan dengan salah satu judul lagu tahun 80-an: “Tiada Dusta diantara Kita” ini dilakukan bersama-sama dengan Pengawas Pembina dalam arti Dinas Pendidikan setempat serta Pemerintah Daerah Setempat. Laporan EDS, tidak hanya disusun oleh sekolah sendiri, tapi akan sangat berkaitan dengan dua pilar pendidikan lainnya.Penyusunan laporannya pun didampingi oleh pengawas dan pihak Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

Harapan termuluk, melalui program EDS ini maka terkumpul data valid secara akurat yang dapat dipertanggungjawabkan, mengenai keadaan suatu sekolah, untuk selanjutnya dilakukan pemberian rekomendasi pada pemerintah daerah setempat mengenai berbagai hal yang harus diperbaiki atau ditingkatkan oleh suatu sekolah, sehingga proses penjaminan mutu pendidikan pun berjalan.
Proses yang sangat panjang melalui pelatihan pada pendamping, pendampingan pengisian software EDS, hingga pengolahan dan analisis data yang terkumpul untuk kemudian dipetakan dan seterusnya disusun rekomendasi- serta menuntut keterlibatan berbagai unsur ini, memang tidak mudah dilakukan. Namun dengan itikad baik dari setiap diri, setiap sekolah, setiap unsur dinas pendidikan, pemerintah daerah setempat maupun LPMP, program ini akan berjalan sesuai dengan harapan.